30 September 2016

10 Kasus Pencurian Seni Terbesar Abad ke-20 (Bagian II)

6. Belanda: Desember 1988

'Bunga Matahari Kering' karya Van Gogh.
Tebusan lebih mudah diperoleh bilamana karya lukisan diasuransikan.
Tiga lukisan Van Gogh––Bunga Matahari Kering, Ruang Dalam Penenun, dan versi awal Pemakan Kentang––dicuri dari Museum Kroller-Muller di Otterlo, Belanda. Pola gelombang pencurian seni pada umumnya mencermini pola gelombang pasar seni, dan itu pula yang dialami pada kasus ini. Dua pekan sebelum kejadian terbit sebuah daftar berisikan harga-harga tertinggi yang pernah diraup pada perlelangan karya seni Sotheby's dan Christie's. Dalam daftar sepuluh karya termahal tercantum lima lukisan Van Gogh, termasuk Bunga Iris yang laku $ 53,9 juta (termahal pada waktu itu).

Para pelaku menuntut tebusan $ 2,5 juta. Pada 13 Juli 1989, pihak kepolisian berhasil memulangkan kembali barang curian. Tanpa membayar tebusan.

7. Amerika Serikat: Maret 1990

Pada pukul 01:24, yaitu pagi hari setelah St Patrick's Day, dua laki-laki berseragam polisi mengetuk pada sebuah pintu samping Museum Isabella Stewart Gardner di Boston dan mengaku adanya laporan ‘kegaduhan' di lokasi itu. Petugas satpam mempersilakan mereka masuk tetapi dia malah langsung diborgol dan kemudian disekap di ruang bawah tanah. Karya yang digondol para pencuri meliputi Konser karya Vermeer, Kristus dalam Badai di Atas Danau Galilea karya Rembrandt (satu-satunya lukisan pemandangan laut maestro Belanda itu), Chez Tortoni karya Manet, lima lukisan Degas, dan sejumlah pernak-pernik seperti cawan perunggu Tiongkok dan tiang panji-panji dari zaman Napoleon. Namun, para pencuri tidak menyentuh lukisan zaman Renaisans, seperti Eropa karya Titian (karya paling berharga museum itu).

'Kristus dalam Badai di Atas Danau Galilea' karya Rembrandt.
Masih juga hilang...
Total nilai gedoran diperkirakan mencapai $ 300 juta. Pada 1997, kala penyelidikan tengah mengalami jalan buntu, pihak museum menaikkan hadiah uang dari $ 1 juta ke $ 5 juta. Langkah itu lantas mengundang munculnya banyak pemberi info, termasuk di antaranya seorang diler barang antik asal Boston, William P. Youngworth III. Youngworth agak kurang jelas juntrungannya tetapi dia berhasil meraih perhatian begitu dia menghubungi Tom Mashberg, seorang wartawan Boston Herald, dan mengaku bahwa dia dan Myles Connor, yang juga berlatar belakang kurang jelas, sanggup mengupayakan pemulangan barang gedoran itu. Harga dia: kekebalan bagi diri dia, pembebasan Connor dari penjara, dan hadiah uang itu. Pada saat perampokan Gardner berlangsung Connor tengah meringkuk di penjara––lantaran kasus pencurian seni yang berbeda––tetapi dia mengaku bisa melacak barang curian itu apabila dia dibebaskan. Kecurigaan tentu saja muncul. Kemudian Mashberg mendapat panggilan telepon yang berujung dengan suatu perjalanan malam ke sebuah gudang tempat dia––di bawah temaram lampu senter––ditunjukkan lukisan yang diyakini adalah Kristus dalam Badai di Atas Danau Galilea-nya Rembrandt. Dia kemudian dibekali sejumlah serpihan cat, yang konon dicongkel dari lukisan itu. Namun, serpihan ternyata tidak berasal dari lukisan Rembrandt itu. Jaksa Amerika Serikat menuntut bahwa salah satu lukisan dipulangkan saja sebagai bukti bahwa barang curian betul ada pada pihak pengirim serpihan cat tetapi hal itu tidak ditanggapi dan perundingan pun menjadi mentah. Connor kini sudah bebas tetapi koleksi barang seni itu masih juga hilang.

8. Kuwait: Agustus 1990

Museum Nasional Kuwait dan Dar al-Athat al-Islamiyya (Balai Baharian Islami) dijarah selama pendudukan tujuh bulan oleh Irak. Bangunan-bangunan itu dibumihanguskan. Kedua museum tersebut menyimpan salah satu koleksi seni islami terbaik dunia yang oleh keluarga al Sabah dari Kuwait dihimpun selama 1970-an dan 1980-an. Kurang lebih 20.000 barang koleksi––termasuk senjata, zirah, keramik, tembikar, segel, dan barang seni hiasan dari Persia kuno, Mesir Mamluk, dan kaisar-kaisar Mughal di India dan Kuwait dari Zaman Perunggu––dimuat ke dalam peti-peti dan oleh tujuh belas truk gandeng dibawa pergi ke Museum Nasional Irak di Baghad.

Harapan bahwa koleksi tersebut suatu hari bisa dipulangkan sempat cukup tipis (mungkin dengan cara dibeli secara ketengan pada pasar gelap) tetapi sebuah tim kurator tiba di Baghdad enam bulan setelah gencatan senjata dan antara 16 September dan 20 Oktober 1991 kurang lebih 16.000 barang koleksi berhasil dipulangkan.

Pencurian seni massal berdukungan negara itu mengingatkan pada aksi para penakluk zaman dahulu, seperti mereka pada zaman monarki Eropa dan Napoleon. Dan niat Saddam––seperti halnya Hitler––melangkau sekadar tujuan melakukan perampasan. Dia berniat menghapus jati diri sejarah dan budaya Kuwait.

9. Belanda: April 1991

'Ladang Gandum dan Burung Gagak' karya Van Gogh.
Dalam dunia hitam karya seni biasanya menjadi cagaran.
Empat orang Belanda ditahan lantaran merampok Stedelijk Museum di Amsterdam dan menggondol tidak kurang dari dua puluh lukisan Van Gogh. Semuanya ditemukan kembali dalam tempo satu jam. Pihak kepolisian meyakini bahwa apabila perampokan berhasil tidak akan ada permintaan uang tebusan. Kanvas-kanvas itu bakal dijadikan instrumen keuangan pada ekonomi hitam global.

Tiga di antara lukisan itu, termasuk salah satu lukisan visioner pemungkas Van Gogh––Ladang Gandum dan Burung Gagak––kembali dalam kondisi rusak berat. Karena lukisan yang dicuri biasanya pulang dalam keadaan baik, sering dilupakan bahwa sesungguhnya ia adalah benda yang ringkih. Kasus ini menjadi pengingat yang menohok akan hal itu.

10. Swedia: Desember 2000

'Warga Muda Paris' karya Renoir.
Cara para pelakunya melarikan diri mirip adegan film laga.
Pada pengujung Desember, beberapa menit menjelang jam tutup seorang laki-laki melangkah masuk ke dalam Musem Nasional di Stockholm sembari menenteng sebuah senapan mesin ringan. Begitu sampai di lobi dia menodongkannya ke satpam yang tidak bersenjata itu sementara dua kawannya, yang sudah berada di dalam, mencuri sebuah potret diri Rembrandt dan dua lukisan karya Renoir, yaitu Warga Muda Paris dan Perbincangan, di lantai dua. Pada saat keluar mereka menaburi lantai dengan paku sebelum kabur dengan menaiki perahu motor.

Mereka lantas mendekati seorang pengacara yang menyampaikan tuntutan tebusan sebesar $ 10 juta per lukisan. Pihak kepolisian meminta foto-foto lukisan. Foto-fotonya ternyata meyakinkan dan polisi sontak menuntut si pengacara membuka jati diri para pelaku. Si pengacara menolak atas dasar kerahasiaan dan bersikeras bahwasanya dia ‘tidak telah berbuat salah' lantaran tidak meminta uang komisi dari para pelaku. Akan tetapi, tetap saja dia diperlakukan sebagai tersangka. Delapan orang ditahan dan surat perintah untuk penahanan orang kesembilan telah diterbitkan. Namun, sampai kini lukisan-lukisannya masih juga raib.

Bagian pertama tulisan di atas dapat dibaca di sini.


Novel 'Palsu' karya Elvin Post.
Palsu
Tulisan di atas diturunkan dalam rangka akan terbitnya Palsu, edisi bahasa Indonesia thriller novelis Belanda Elvin Post. Ikuti perkembangannya pada akun Twitter Pionir Books (@PionirBooks) lewat tagar #PalsuNovelElvinPost.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar